Pengalaman Berpuasa ramadhan di Korea

Pengalaman berpuasa di Korea ini adalah pengalaman paling menarik selama saya berada di Korea tepatnya cheonan. Pertama kali saat saya diminta  penugasan dari kantor,  atasan saya bertanya apakah kamu ok kalau berpuasa di sana, saya malah gembira  karena ini adalah kesempatan bagi  saya untuk merasakan berpuasa di Korea. Memang saya sering di tugaskan kebeberapa negara untuk melakukan inspeksi. Dan saat diinfokan akan ke Korea saya sangat gembira, karena memang salah satu tempat yang bikin penasaran. Banyak anak muda Indonesia yang tergila gila dengan drama Korea, saya ingin memastikan apakah memang seindah di drama korea. (Ternyata tidak hehe..)

Bingung mau kemana ngeliat tulisannya
Saya di tempatkan di sebuah daerah bernama Cheonan, sekitar satu jam lebih dari Seoul Ibu Kota Korea Selatan dan sekitar 2 jam lebih dari Incheon, Bandara Internasional Korea. Keluar dari Terminal kedatangan airport tentunya SOP yang sudah saya buat sendiri, yaitu mencari penjual SIM card buat Internet, karena tanpa internet di dunia IoT kekinian saat ini ibarat sayur tanpa garam, televisi tanpa gambar atau apalah, ibarat unicorn tanpa tanduk.. pokoknya sangat penting. Tapi apa daya ternyata di Korea punya aturan sangat berbeda, SIM card memerlukan beberapa prosedur yang njelimet yaitu harus memiliki residence temporer. Visa saja tidak cukup, paling mungkin adalah merental router, tapi harganya cukup lumayan 5 dollar sehari, sedangkan saya akan berada di Korea selama 35 hari akhirnya saya putuskan menggukana wifi public aja.

Dari Incheon saya menggunakan bus yang sangat nyaman, seperti 1st class di pesawatlah.. bisa selonjoran (yang pernah di 1st class pasti tau kalau saya ngarang)  sampai ke Cheonan sudah larut malam, dan untungnya saya sudah memprint alamat hotel dalam bahasa Korea. Karena di Korea sopir taksi kebanyakan tidak bisa berbahasa inggris atau membaca huruf latin.
Tempat duduk bus VIP Korea

Di Cheonan selang seminggu bulan ramadhan sudah masuk, memang salah satu tantanagan juga sih, tapi justru tantangan itu yang membuat perjalanan ini terasa unik. Pas tiba hari libur saya coba mencari keberadaan masjid di Cheoan dan akhirnya saya ketemu di Google Map.

Namanya masjid AtTaqwa, saya akhirnya menanyakan ke Hotel dimana masjid ini, tapi dia mengatakan ini adalah restoran. Apa sajalah dalam hati saya yang penting nyampe, akhirnya saya menggunakan taksi menuju masjid tersebut. Masjid ini memang bekas restoran sebelmnya bentuknya pun seperti rumah biasa dengan satu lantai.

Penampakan Luar masjid At Taqwa


Pertama mengetuk pintu masjid saya melihat ada pengumuman bertuliskan bahasa Indonesia, saya masih sangsi saat itu apakah ini Malaysia atau Indonesia. Begitu masuk ke Masjid Saya melihat dua orang anak muda sedang menggergaji batang kayu, saya pun menanyakan dalam bahasa inggris tapi melihat wajahnya saya langsung yakin mereka adalah orang Indonesai dan Alhamdulillah benar mereka adalah anak anak muda Indonesia yang sedang mempersiapkan renovasi ruang khotib masjid.
Ada tulisan Indonesianya

Seketika itu juga saya berucap alhamdulillah, akhirnya ketemu masjid bahkan ini masjid Indonesia. Saya pun berkenalan dengan para pengurus masjid. Ada mas Herry di situ yang sangat ramah dan menjelaskan kegiatan kegiatan mereka di Masjid,
Bersama pengurus Masjid AtTaqwa


Akhirnya tibalah hari pertama Ramadhan di Korea, waktu fajar di bulan mei saat itu  sangat cepat yaitu sekitar jam 3.50 pagi dan waktu berbuka sekitar jam 7.30 malam. Orang orang di Korea mereka Alhamdulillah respek dengan saya bahkan di kantor sudah tersedia ruang mushalla, dan saya pun mengatakan bahwasaya akan fasting, jadi gak makan siang, Yang biasanya mereka mengajak ke restoran akhirnya semua makan di dalam ruang meeting tiap hari selama bulan puasa. Memang orang korea cukup ramah dan respek kepada foreigner.

Di masjid At Taqwa banyak anak anak muda yang tinggal di Masjid, biasanya mereka adalah para pencari atau lebih tepat di katakan penunggu pekerjaan baru. Sebab saat mereka tiba di Korea mungkin karena ga cocok dengan pekerjaan atau ga senang dengan yang di pdapatkan saat itu maka mereka akan mencari pekerjaan baru. Dalam masa transisi tersebut mereka biasanya tidur di masjid sambil menunggu diterima di tempat yang baru.

Setiap sore  anak anak muda tersebut akan memasak untuk persiapan buka bersama. Menunya yang pasti suer pedes kadang kari ayam, sayur tumis dan lain lain. Bahkan es campur mereka juga terasa sangat enak.

Kari Pedes Ala Attaqwa

Es Campur Ala at Taqwa

Ini mungkin bagian paling seru, karena para pengurus masjid tahu saya dari Kuwait maka selama ustadz tamu dari Indonesia belum datang maka saya di minta menjadi imam tarwih. Sebenarnya sungkan juga tapi dalam hati mengatakan kapan lagi jadi imam sholat di Korea.. hehe.. Sebenarnya dulu semasa di Indonesia saya sering mengisi ceramah tarwih dan juga imam sholat, tapi terus terang saya lebih senang jadi makmum saja. Saya merasa lebih santai sebagai orang biasa ketimbang dianggap ustadz.

Emang ini merupakan pengalaman yang tidak terlupakan, pengalaman bertemu dengan teman teman pengurus masjid At Taqwa merupakan pengalaman sangat indah mereka sangat friendship dan saya sangat cepat klop dengan mereka, memang aura aura remaja masjid masih melekat di saya karena sejak kuliah selalu menjadi pengurus masjid.. ciee..  jadi begitu ketemu anak remaja masjid pasti terasa seperti keluarga sendiri.

Dan salah satu chapter yang menarik adalah saya berkenalan dengan Ustadz tamu dari Indonesia, beliau adalah Akhrie Rabbani, ustadz yang mumuni dan pandai menulis. Apa saja pengalaman yang di temui bisa di ramu menjadi tulisan yang menarik dan meng inspirasi. Walaupun dalam waktu terbatas pertemuan dengan beliau cukup membekas.
Ustadz akhrie (baju putih)


Nah dikesempatan saat itu saya mendapatkan kesempatan mengunjungi Masjid Raya Seoul (Seoul Central Mosque) dan kebetulan saat itu KBRI korea menjadi sponsor acara tersebut. Sambil membayangkan makanan Indonesia yang enak saya menggunakan train dari Cheonan ke Seoul. Lumayan lama juga perjalanan kali itu. Menggunakan subway dan bermodalkan kakao map tentunya.

Selfie dengan wajah kecapean perjalanan dari Cheonan
Indahnya central Mosque di waktu malam

Suasana di area Islamic center memang sangat berbeda dengan kota Korea umumnya. Di sepanjang jalan berjejer restoran Muslim Halal Meat, dan berbagai toko pernak pernik muslim. Walaupun di beberapa sisi terdapat bar bar yang menjajakan miras. Budaya minum beralkohol merupakan hal yang sangat biasa di Korea, mungkin seperti jus aja itu.
Halal MArt

Halal Meat

Ketemu banyak wanita berjilbab

Di sana saya bertemu banyak orang Indonesia bahkan sempat bertemu dengan salah satu anak asal Makassar yang datang ke Korea untuk program pertukaran pelajar. Mendekati waktu berbuka segera saya beranjak ke meja panjang yang menyajikan makanan berbuka. Menunya adalah : Pisang, telor dan susu. Itu saja, alhamdulillah saya membawa kurma asal kuwait yang saya bagi bagikan kepada orang orang disekitar saya.
Ketemu rombongan Indo

Spanduk KBRI Korea

STP (Susu Telor Pisang)

Pose dulu guys sebelum buka

Selepas sholat maghrip saya masih berharap akan bertemu menu asli Indonesia, ternyata yang ada adalah nasi briyani hehehe... jadi sistem sponsor atau host berbuka di sana adalah memberi dana kepada tpenguru masjid untuk menyediakan makanan berbuka, dan pengurusnya dalah warga pakistan.
Pakistani in action

Ternyata kari... hiks...

Ngantrinya panjang euy...

Satu pengalaman unik disini ternyata setelah berbuka kita harus mencuci piring sendiri. Jadi piring disediakan adalah piring besi seperti piring di Kamp pengungsian. Oh kasian banget dalam hati saya bergumam baru kali ini saya berbuka habis itu di suruh cuci piring. mana menunya kari lagi jadi  lemaknya alamak.. nempel semua.. dan saya harus ngantri panjang ebelum sampai ke kran  pencucian piring.
Abis makan cuci piring euy

Begitulah pengalaman berpuasa di Korea, yang pasti seru dan menjadi kenangan tersendiri.. terutama jadi imam sholat dan ngisi tausiyah hehe..

Comments

Popular posts from this blog

Cita cita ku menjadi engineer

Road Trip Adventure : Pengalaman Nyetir dari Abu Dhabi ke Oman

Pengalaman Pengurusan Family Calling Visa ke Kuwait